tag:blogger.com,1999:blog-7840705796612999972024-02-19T01:52:20.556-08:00Panu Papakukeluargaku bukan keluarga gila!Duta Putra Niagarahttp://www.blogger.com/profile/08782083611795016858noreply@blogger.comBlogger13125tag:blogger.com,1999:blog-784070579661299997.post-35578348550957171192013-01-16T09:39:00.001-08:002013-01-16T09:39:28.409-08:00<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
Mungkin pada nggak percaya kalau waktu kecil gue langganan juara lomba mewarnai sejagat Cilegon-Serang. Hari itu si mamah dan papah mengantar saya ikut lomba mewarnai di salah satu TK tetangga. Gue datang dengan mood ‘mau nggak mau’ sebagai perwakilan TK gue, TK Tunas Baja. Ibu-ibu panitia menyematkan nomer peserta di baju gue. Nomer 7, gue inget banget.</div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
Mewarnailah gue dengan mood dan niat seadanya. Setelah penjurian, semua peserta dibariskan di lapangan TK tersebut. Gue kebagian agak belakang karena memang sejak awal tidak terlalu excited dengan lomba di hari itu.</div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
Tibalah saatnya pengumuman. Si ibu-ibu MC semangat sekali menyebut juara satu adalah peserta nomer 7. Sama sekali, gue nggak ngeh kalau itu nomer gue. Entah kenapa yang ada di pikiran gue saat itu adalah bahwa peserta dengan nomer 7 bukan cuma gue, jadi gue diem aja di tempat gue berdiri, tanpa reaksi apapun. Sementara dari jauh gue udah denger si papah teriak kenceng banget “Hidup TK Tunas Baja!!!” Tapi teriakan itu pun tidak menyadarkan gue sampai akhirnya ada ibu-ibu lain yang narik gue dari barisan dan menempatkan gue di jejeran para juara.</div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
Kami pulang dengan sebuah piala dan sebuah payung cantik. Gue seneng-seneng aja dapet piala, sementara si mamah nampaknya lebih tertarik sama payung cantiknya. Bahagiaaa banget kayaknya si mamah dapet payung.
</div>
Duta Putra Niagarahttp://www.blogger.com/profile/08782083611795016858noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-784070579661299997.post-42869551523111156662011-01-18T10:14:00.000-08:002011-01-18T10:23:40.178-08:00Wallet & Pelet; hubungannya?Jadi gini, suatu malam, saya, si adek, dan si kakak lagi di ruang tengah. Saya sama si adek mau pergi keluar, sedangkan si kakak lagi di depan komputer.<br /><br />Saya: "Hold this!" (ngasihin dompet) (sok inggris)<br /><br />Si adek: "This is.........." (menatap si kakak) "dompet bahasa inggrisnya apa kak?"<br /><br />Si kakak: "Wallet."<br /><br />Si Adek: (dengan ekspresi wajah yakin) "Ih bukaaan! Wallet mah makanan ikan!"Duta Putra Niagarahttp://www.blogger.com/profile/08782083611795016858noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-784070579661299997.post-80587283246271533792010-12-08T05:27:00.000-08:002010-12-08T05:35:06.416-08:00Kondom Itu Apa?<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://t0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSvNYzvyf0C55bJ46Hmvi04P6zAdZuX0ewzMZ1rW7ItknZlilIs"><img style="cursor:pointer; cursor:hand;width: 260px; height: 194px;" src="http://t0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSvNYzvyf0C55bJ46Hmvi04P6zAdZuX0ewzMZ1rW7ItknZlilIs" border="0" alt="" /></a><br />This story may remind us about how important <span style="font-weight:bold;">Sex Education</span> is.<br /><br />***<br /><br />Gue kelas 4 SD. Suatu malam, gue, si mamah, dan si papah lagi ngobrol-ngobrol di teras depan rumah. Terbesitlah dalam pikiran gue untuk menanyakan hal yang waktu itu selalu mengganggu ketenangan hidup gue.<br /><br />Gue : “Mah, kondom itu apa sih?”<br />Si Mamah : (terdiam) (terdengar suara jangkrik)<br /><br />Waktu itu gue cuma anak kelas 4 SD yang tidak terlalu well-sex-aducated dan menganggap kalau kondom itu adalah merek obat jerawat.Duta Putra Niagarahttp://www.blogger.com/profile/08782083611795016858noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-784070579661299997.post-12204744100275375482010-12-08T05:21:00.000-08:002010-12-08T05:23:13.029-08:00Pertengkaran Tersengit Abad XXSaya kelas 3 SMP waktu itu and it was Sunday. Makna sesungguhnya dari hari minggu adalah gue bisa bangun setelah adzan Zhuhur berkumandang. Tapi tidak pada hari minggu saat itu. Gue udah bangun sekitar jam 9 pagi. Untunglah jam 9 itu masih bisa disebut pagi, jadi bangun jam 9 masih bisa dibilang “bangun pagi”.<br /><br /> Bangun tidur, gue langsung ke dapur karena kelaparan. Si mamah belom masak, maka gue putuskan untuk bikin mie instant. Ada sesuatu yang terlihat asing di salah satu sudut dapur, yaitu sebuah benda berbentuk kotak berwarna silver yang kemudian si mamah menjelaskan kalau itu adalah sebuah : Kompor Minyak.<br /><br /> Terserah mau bilang apa, tapi pada waktu itu gue sangat penasaran sama benda tersebut. Cobalah gue masak mie instant pake itu kompor. Dengan bimbingan dan arahan dari si mamah, setelah melalui perjuangan yang sangat berat dan menghabiskan ber-ember-ember keringat, menahan panasnya api dari kompor yang menerpa wajah gue, satu persatu sumbu kompor dapat gue bakar dan api menyala sempurna *horeee! keprok-keprok*. Gue taro panci berisi air di atas kompor lalu gue tinggal untuk menyiapkan bumbu mie-nya.<br /><br /> Si kakak ucluk-ucluk dateng ke dapur terus nanya: “Apaan nih?” Ia mendekati si kompor minyak. Gue diem aja. Tangan si kakak mulai iseng ngegerepe-gerepein si kompor. Gue mulai nggak tenang, sampai kemudian si kakak memutar tuas sumbu kompor sampe apinya mati, bener-bener mati!<br /><br /> Hal pertama yang terbesit dalam pikiran gue adalah: “Ooh, begitu ya cara matiin apinya.” dan hal yang kedua: “Loh kok dimatiin??!!” *dengan mata terbelalak*<br /><br /> Reflek, gue pukul si kakak sambil setengah teriak: “B*go banget sih lo!”<br /><br /> Gila aja! Gue udah dengan susah payah nyalain itu kompor, terus dia matiin seenak kentutnya gitu aja. Errrr!<br />Si kakak nggak terima dan dia balik mukul gue tepat di muka. Darah gue makin tinggi, gue jadikan muka si kakak target pemukulan membabi buta. Jadilah kita pukul-pukulan sambil saling mengutuk. Kalo si papah nggak ikutan marah-marah mungkin pertengkaran tersebut masih akan berlangsung.<br /><br /> Bukankah sangat konyol bahwa hanya karena ke”norak”an terhadap kompor minyak, bisa membuat hubungan kakak-adik menjadi renggang. Itu baru kompor minyak, gimana kalo tiba-tiba ada tungku di rumah gue?Duta Putra Niagarahttp://www.blogger.com/profile/08782083611795016858noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-784070579661299997.post-42711885990727153872010-12-06T23:56:00.000-08:002010-12-07T00:02:11.176-08:00Saya Kecolongan!!!Saya amat sangat menyesal! Oh Tuhan, maafkan kesalahan saya :'(((<br />Buat teman-teman yang saya cintai, saya cuma bisa kasih nasehat: jagalah baik-baik orang tuamu, jangan sampai mereka berfoto seperti ini:<br /><br /><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgSL8V3mXbYaH7x32C2TdivK-gs1akDwID4u9JiYWXyTTDo4yXjeOKyMb6z8BjagO8QsWzje8UAontyLp347YLTuMz-kQCp8dsx68J_cL8ZhtXlNhOrwJkNpAZb4wAKR2oo20uNctQxUcj8/s1600/DSC00011.JPG"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 300px; height: 400px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgSL8V3mXbYaH7x32C2TdivK-gs1akDwID4u9JiYWXyTTDo4yXjeOKyMb6z8BjagO8QsWzje8UAontyLp347YLTuMz-kQCp8dsx68J_cL8ZhtXlNhOrwJkNpAZb4wAKR2oo20uNctQxUcj8/s400/DSC00011.JPG" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5547846256633023570" /></a><br /><br />NOOOOOO!!!!!Duta Putra Niagarahttp://www.blogger.com/profile/08782083611795016858noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-784070579661299997.post-12494055931145766912010-12-06T22:52:00.000-08:002010-12-06T22:56:16.245-08:00My First Roller CoasterRumah Mbah dari pihak si mamah terletak di daerah Pondok Cabe, Tangerang. Kalo pergi ke sana dari Cilegon, kita akan melewati Lippo Supermall Karawaci. Waktu kecil saya sering mampir ke situ kalo pergi ke rumah mbah.<br /><br /> Dulu saya mengganggap bahwa Supermall Karawaci itu adalah tempat yang paling mewah di dunia, karena di Cilegon nggak ada yang kayak gitu. Saya lebih amazed lagi ketika melihat di dalam mall tersebut ada roller coasternya.<br /><br /> Ya namanya anak-anak, karena terlalu excited dan waktu itu banyak sepupu-sepupu saya yang ikut, saya sok-sokan menerima tantangan si kakak untuk naik itu roller coaster. Kami belilah karcisnya. Tapi, selangkah lagi saya naik ke roller coaster, perasaan saya berubah. Tegangnya minta ampun. Sepanjang permainan saya cuma menutup mata. Sesekali berteriak sambil menggigit kaos bagian lengan si kakak yang kemudian setelah turun dari roller coaster saya sadar kalau bagian kaos si kakak yang saya gigit itu sampai sobek.Duta Putra Niagarahttp://www.blogger.com/profile/08782083611795016858noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-784070579661299997.post-62153493394458464542010-11-28T03:55:00.000-08:002010-11-28T03:58:21.448-08:00Cerita-Cerita Nostalgia Si Mamah1. Waktu kecil si mamah sering main petak umpet malem-malem sama temen-temennya di kompleks kuburan China dan pernah suatu malam dia ketiduran di kuburan China itu.<br /><br />2. Dia sering cerita kalo tanah dimana sekarang UI (Universitas Indonesia) berdiri dulunya adalah kebon rambutan.<br /><br />3. Waktu SMA pernah ditaksir sama guru pelajaran ekonominya sampe-sampe itu guru datang ke rumah si mamah.<br /><br />4. Pernah punya pacar yang berprofesi sebagai pelaut dan akhir dari hubungan mereka adalah saat si mamah ditinggal berlayar ke New Zealand.<br /><br />5. Semasa muda, si mamah diberi julukan “mawar” karena walaupun sering pindah rumah, nama jalan dimana rumahnya itu berada selalu terdapat kata “mawar”-nya. Yang pernah ia sebutkan: Jalan Mawar Raya, Gang Mawar, dan sampai sekarang pun rumah kami sekeluarga berada di Jalan Mawar 1.<br /><br />6. Pernah tetanggaan sama Elvi Sukaesih. Sampe piaraannya keluarga Elvi Sukaesih si mamah hafal. Dia temenan sama anaknya Elvi Sukaesih, kalo nggak salah namanya Farida, dan waktu itu si Dhawiya yang gendut tapi lucu itu belum lahir.<br /><br />7. Dulu si mamah bercita-cita jadi psikolog anak. Tapi nggak pernah kesampean. Setiap liat Kak Seto di TV, si mamah selalu bilang: “Dulu mamah pengen tuh jadi psikolog anak kayak Kak Seto gitu, tapi mbahnya (bapak si mamah) cuma pegawai negeri sih.”<br /><br />8. Pernah diajarin main gitar sama si pakde Yanto (kakak kedua si mamah), lagu yang paling nempel di kepalanya adalah lagu “Willingly”. Entah itu lagu seperti apa wujud rupanya, mungkin hanya si mamah dan Tuhan yang tahu. Mungkin sebenarnya lagu itu enak didengar, tapi karena si mamah yang nyanyi, lagu itu berubah jadi sesuatu yang abstrak. Kalo si mamah udah pegang gitar dan maenin itu lagu, saya bingung minta ampun, karena kunci-kunci gitar yang dia buat dengan jari-jarinya amat sangat sulit untuk dikenali.Duta Putra Niagarahttp://www.blogger.com/profile/08782083611795016858noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-784070579661299997.post-36551081178073825782010-11-28T03:47:00.000-08:002010-11-28T03:52:04.729-08:00Kebiasaan-Kebiasaan Aneh Si Papah1. Paling nggak suka diajak ke mall, atau bahkan ke minimarket sekalipun. Ia beralasan kalau AC di tempat-tempat perbelanjaan seperti itu aromanya seperti bau lemak babi.<br /><br />2. Kalo tidur, baik dalam keadaan stress maupun tidak, si papah suka tiba-tiba teriak kenceng banget tengah malem, itu dalam keadaan tidur (ngigo). Paginya, ia selalu mengkonfirmasi bahwa malam tadi ia mimpi ngejar maling, dan atau bermimpi main outbond.<br /><br />3. Mulutnya pasti monyong-monyong kalo lagi melakukan suatu pekerjaan yang serius dan butuh konsentrasi tinggi, misalnya menggergaji kayu, menyikat lantai kamar mandi, menggunting kuku, atau menggendong bayi.<br /><br />4. Pagi-pagi, abis mandi, suka ribet sendiri mondar-mandir hanya dengan pake handuk. Lalu akhirnya berteriak: “Wo, kolor yang di belakang pintu tadi ini kemana?”<br />Si mamah menjawab: “Di mesin cuci!”<br />Si papah: “Lah! Orang baru dipake sekali!”Duta Putra Niagarahttp://www.blogger.com/profile/08782083611795016858noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-784070579661299997.post-33176532810035399802009-06-05T19:44:00.000-07:002009-06-05T19:46:10.260-07:00Panggilan Sayang Si Papah buat Si MamahSiwo… Itu dia panggilan sayang si papah buat si mamah. Kadang-kadang si mamah juga suka risih dipanggil Siwo. Apalagi si papah kalo manggil si mamah suka tereak-tereak, ya malu lah didenger tetangga.<br />Nama itu bermula dari cerita seperti ini…..<br />Mbah Kung dan Mbah Uti gw dari pihak si mamah, pernah beberapa kali punya anak perempuan waktu itu, tapi nggak pernah di antara anak-anak perempuan itu yang berumur panjang. Setelah semua harapan untuk punya anak perempuan yang “jadi” beneran itu hampir kandas, entah dari mana si mbah beranggapan bahwa kalo si anak perempuan itu mereka yang ngerawat sendiri pada waktu kecilnya, tidak akan berumur panjang. Eksplisitnya, kalo nih anak perempuan mereka yang ngurus sendiri, bakalan cepet mati. Nah, akhirnya si mamah dibrojolkanlah dari perut Mbah Uti. Dengan asumsi dan ketakutan kalo (amit-amit) si mamah bakalan cepet mati juga seperti anak-anak perempuan yang sudah-sudah, si mbah berinisiatif untuk nggak ngurus babynya si mamah sendiri. Akhirnya si mamah dikasihinlah ke seseorang bernama Siwo (nama yang aneh bukan?) untuk dirawat selama beberapa tahun, dan setelah cukup umur akan diambil kembali sama si mbah. Dan sampe sekarang (Insya Allah) si mamah masih sehat-sehat aja. Begitu!<br />Lha terus apa hubungannya sama panggilan sayang?<br />Tau dah!Duta Putra Niagarahttp://www.blogger.com/profile/08782083611795016858noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-784070579661299997.post-33600766364654462282009-06-05T00:18:00.000-07:002010-12-06T23:27:14.287-08:00Pengen Blackberry<div style="text-align: justify;"><span style="font-size:100%;"><span style="font-family:verdana;">Begitu mengetahui kebaikan pemerintah kota Cilegon, kota tempat gw tinggal sekarang, yang akan memberikan bantuan dana sebesar Rp 5.000.000,00 kepada semua siswa-siswi yang berdomisili di Cilegon yang diterima di PTN negeri favorit seperti UGM, UI, UNPAD, dkk, gw langsung dengan riangnya bernyanyi-nyanyi: “Blackberry! Blackberry!”</span><br /></span><span style="font-size:100%;"><span style="font-family:verdana;">Si Papah ada di sebelah gw waktu gw nyayi tuh lagu, akhirnya lagu itu gw akhiri dengan ending: “ya Pah ya...” dengan alis turun naik sebagai pemanis.</span><br /></span><span style="font-size:100%;"><span style="font-family:verdana;">Si Papah: “Kamu nih yaa, kalo pengen apa-apa mbok yo ngukur kemampuan to lee...le.”</span><br /></span><span style="font-size:100%;"><span style="font-family:verdana;">Gw: “Blackberry doang siiih, ada kok yang 3 jutaan.”</span><br /></span><span style="font-size:100%;"><span style="font-family:verdana;">Si Papah: “Tiga juta kwi gaji bapakmu sebulan tau nggak?!”</span><br /></span><span style="font-size:100%;"><span style="font-family:verdana;">Gw: “Ya kan ntar dapet tuh 5 juta, pake duit itu aja...”</span><br /></span><span style="font-size:100%;"><span style="font-family:verdana;">Si Papah: “Emang kamu di Jogja ntar nggak pake duit opo?”</span><br /></span><span style="font-size:100%;"><span style="font-family:verdana;">Gw: “heuh!”</span><br /></span><span style="font-size:100%;"><br /></span><span style="font-size:100%;"><span style="font-family:verdana;">***</span><br /></span><span style="font-size:100%;"><span style="font-family:verdana;">Hening sejenak...</span><br /></span><span style="font-size:100%;"><span style="font-family:verdana;">***</span><br /></span><span style="font-size:100%;"><br /></span><span style="font-size:100%;"><span style="font-family:verdana;">Gw lagi: “Emang Blackberry apaan coba?”</span><br /></span><span style="font-size:100%;"><span style="font-family:verdana;">Si Papah: “Lha emang apaan???”</span><br /></span><span style="font-size:100%;"><span style="font-family:verdana;">Gw: (gedubrag-dagdag-bruussshh!-kaboom-pawpawpaw-glodag-gendang-bendug-josjosjos-tang-bletang-tang-tang-gedebug-bug-bug-pyyaaaarrrr!!!)</span><br /></span></div>Duta Putra Niagarahttp://www.blogger.com/profile/08782083611795016858noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-784070579661299997.post-70199166470748298072008-09-27T23:36:00.000-07:002009-06-05T00:27:09.181-07:00Kekacauan Di Depan Patung Pancoran<div style="text-align: justify;">Kalo nggak salah waktu itu gw kelas 5 SD. Lebaran tahun itu seharusnya saatnya keluarga gw lebaran di tempat mbah kung dari nyokap gw di Pondok Cabe, sekitar Serpong, Ciputat, ato Pamulang situ lah... tapi ternyata bokap gw itu ngeyel pengen lebaran di tempat mbah yang di Ponorogo sana. Menurut gw itu nggak adil karena emang udah di jatah, lebaran tahun kemaren di mbah gw di Ponorogo, brarti tahun ini lebaran di mbah gw di Pondok Cabe. Selang seling gitu...<br /><br />Nyokap gw udah marah2 and ngedumel terus-terusan tiap hari sebelum keberangkatan. Mempengaruhi gw , kakak gw, dan adek gw untuk menentang kengeyelan bokap. Tapi nyokap sendiri nggak berani ngomong ke bokap. Di sini gw setuju slogan iklan Close Up...<br /><br />Wal akhir, berangkatlah kita. Mudik nih ceritanya. Padahal tahun kemarennya udah, skrg mudik lagi. (kalo ke rumah mbah gw yang di pondok cabe gak gw bilang mudik, abis nggak jauh-jauh amat, 2 jam bisa nyampe dan nggak perlu nunggu lebaran untuk dateng kesana, bisa anytime). Kakak gw rupanya termakan omongan nyokap, dia juga males-malesan gitu mau berangkat. Lima menit sebelum keberangkatan baru mandi. Kalo gw lebih kepada khawatir dan nggak yakin, soalnya bokap gw mau sok sok tangguh, bawa mobil Cilegon-Ponorogo sendiri, tanpa asisten seperti biasanya, apalagi waktu itu bokap abis masuk malem. Pasti nguantuk dan gampang capek. Yasudalah. Sebagai anak mah ngikut ajah.<br /><br />Perjalanan awalnya lancar sampai ketika gw yang duduk di belakang terdorong nyungsep karena bokap yang nyetir mobil, ngerem mendadak dan KABOOOM! Mobil nabrak sesuatu di depan. Oh gosh! Gw ga percaya gw masi idup. Gw bangun. Hampir nangis. I looked around. Jok yang di tengah ngejengkang keatas. Kaca depan tinggal puing-puing, bolong total. Gw inget banget gedung yang terus gw liatin untuk mengalihkan perhatian gw sendiri daripada gw liatin semua kakacauan itu. Passss, di seberang gedung itu ada patung yang di sebut Monumen Dirgantara alias Patung Pancoran. Suasana jadi aneh, tapi gw nggak panik. Gak tau juga....I thanked God masih di idupin.<br /><br />Nggak lama polisi dateng, lamaan lagi mobil derek dateng. Mobil gw di derek ampe kantor polisi, dengan gw masih duduk di dalem, enak tau. Di kantor polisi gw telpon pakde gw yang tinggal di Pondok Cabe untuk jemput. Pakde gw itu baik buanget, tengah malem gt mau aja di repotin.<br /><br />Dasar polisi, udah tau dapat masalah malah di tambah masalah lagi. Biasa, masalah birokrasi dan administrasi.<br /><br />Kronologisnya gini. Di depan mobil gw ada mobil Phanter biru, di depan Phanter biru ada kijang merah. Di jalan tol yang seharusnya dilarang berhenti, si kijang merah itu malah berhenti mendadak, yasudahlah, tabrakan beruntun antara kijang merah, phanter biru dan mobil bokap... Yah, ujung2nya lebaran tetap dilaksanakan di Pondok Cabe. Nyokap tertawa gembira, bokap berusaha tertawa gembira.<br /><br />Hikmahnya...<br />1) Kalo mudik jangan napsu<br />2) Stick to the commitment<br />3) Be fair!<br />4) Orang tua nggak selalu bener<br />5) Hati2 kalo lewat pancoran malem2, gw denger, selang beberapa jam setelah kecelakaan gw, terjadi kecelakaan lagi yang lebih parah ampe ada korban jiwa.</div>Duta Putra Niagarahttp://www.blogger.com/profile/08782083611795016858noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-784070579661299997.post-83123275643060190422008-07-31T04:31:00.000-07:002009-06-05T00:26:44.793-07:00Pain On Last Holiday<div style="text-align: justify;">Tanggal 13 Juli kemarin adalah hari terakhir liburan kenaikan kelas. I thought it's gonnabe a fun day because gw bakal main air di "The Jungle", sebuah waterpark di Bogor. It was very fun. But at the last couple hour, I suffered. Ask me why! Here's the story... Niatnya sih gw mau merasakan ketegangan berseluncur di salah satu wahana di sana untuk terakhir kalinya, karena emang waktu itu udah sore. Karena gw males jalan ke wahana itu, gw ama temen2 memilih untuk masuk ke kolam arus, maksudnya biar saja arus yang membawa kita ke tempat perosotannya. Dengan bantuan sebuah ban, sampailah di tempat perosotannya. Saat gw mau keluar dari kolam arus, di tangga keluar dari kolam arus itu orang bejubel. Dengan berat hati gw berusaha keluar dengan cara menaiki tembok di tepi kolam yang tingginya se-dada gw. Gw keluar dengan kaki kanan naik duluan dan tangan kiri masih megangin ban double yang besar dan berat yang masih ada di air. I tried so hard buat nyeimbangin badan, tapi nggak berhasil, gw jatoh lagi ke air. Kaki kanan gw yang udah diatas rupanya tersangkut di semacam saluran air kecil di tepi kolam. Saat jatuh, jari telunjuk kaki kanan gw tertekan. Ketika kedua kaki gw udah napak lagi dalam air, gw ngerasa there's something wrong dengan jari telunjuk kaki kanan gw. Gw keluar kolam di bantu temen2 gw dengan meringis dan pincang2. Oh God! Perih buanget!!! Dan saat gw liat jari gw itu, tampaknya seperti membengkok keatas, dimana seharusnya jari2 kaki itu kan bengkok ke bawah. Oh no, gw pikir gw patah tulang! Horrible bgt deh penampakkan jari telunjuk kaki kanan gw waktu itu. Bayangin, kaku dan bengkok keatas, belum lagi darah ngucur dari ujungnya. heeeuu..<br />Gw dipapah temen gw balik ke gazebo tempat bonyok gw berada. Jalan gw terpincang-pincang dan kaki kanan gw harus gw seret2. Painful!! Pikiran gw udah kemana-mana. Gw mikirin kemungkinan2 buruk yang mungkin terjadi, di "pretek"-in dengan paksa, di suntik, dan pikiran gw yang paling extreme, di amputasi. Sampe2 gw udah mikirin betapa malunya gw kalo nanti sholat berjamaah dan saatnya ruku', orang sebelah gw ngeliat kaki gw yang cuma berjari 9. Amit-amit jabang Mbah Kaget!! Pulang ke rumah, gw langsung dirujuk ke rumah tetangga gw yang udah expert masalah beginian. Gw dipijit-pijit gt, tp bkan jari gw itu yg di pijit, tapi sekitar tulang kering situ. Setelah beberapa saat, baru jari gw di pijit2. Anjrittttt! Lebih baik gw di suntik dari pada harus nahan sakit kaya gitu!! Tiba-tiba,,, "pretek"! Gw kaget. eeuuuuhh! Pijit2 lagi,,, "pretek"! Gw udah nggak kaget, tapi yang kedua ini jauh lebih kenceng dari yang pertama. Gw masih kesakitan tapi udah agak lega karena jari gw udah mulai lurus lagi... Dan sekarang, berkat iman dan keyakinan, jari gw udah lurus lagi, walaupun belum bisa di bilang sembuh karena masih bengkak dan membiru. Thank God!<br />Gw termasuk orang Indonesia yang masih bisa bilang "untung" walaupun udah jelas2 merugi...<br />1) Untung... bukan terjadi pada jari2 tangan gw, besoknya kan sekolah, gw nulis pake apa? sms-an gimana?<br />2) Untung... waktu jatoh itu kepala gw nggak kebentur tembok<br />3) Untung... bokap gw nggak marah2, cuma kesel dikit2 aja<br />Dan dari kejadian itu, gw belajar... Pelajaran no.1: Jangan pecicilan. Pelajaran no.2: Nggak boleh pecicilan. Pelajaran no.3: Dilarang pecicilan. Tapi, yah, gapapa juga sih gw kena musibah ini, itu berarti setidaknya ada sedikit dosa gw yang terhapuskan... [sok bijak!]</div>Duta Putra Niagarahttp://www.blogger.com/profile/08782083611795016858noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-784070579661299997.post-83485921215100107012008-06-06T02:20:00.000-07:002010-12-06T23:30:03.097-08:00MY MOM AND DAD'S LOVE STORY<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhu-3-1pMtZW7p1310Jz-zwTW8sqikshlC3iZDqHpHBtsVS-SeThY2Thk56Cqi8-WxZT0tRpyo_gsXzF7jrGBspUOD54YTu2LHkTKYeeK4ZvpVA9B1C_5YjV7e9axaLcahuIiznlqGPzVhZ/s1600/DSC03305.JPG"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 400px; height: 300px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhu-3-1pMtZW7p1310Jz-zwTW8sqikshlC3iZDqHpHBtsVS-SeThY2Thk56Cqi8-WxZT0tRpyo_gsXzF7jrGBspUOD54YTu2LHkTKYeeK4ZvpVA9B1C_5YjV7e9axaLcahuIiznlqGPzVhZ/s400/DSC03305.JPG" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5547839222493347058" /></a><br /><div style="text-align: justify;">Waktu itu mamaku 18 tahun, papaku sekitar 21 tahun. Mamaku yang lulusan SMIP, terpaksa memupuskan cita-citanya yang ingin menjadi seorang psikolog, sesaat setelah ia lulus. Kakekku yang hanya seorang pegawai negeri di kota Depok, tidak tahu harus jual apa kalau mamaku meneruskan kuliah. Berharap mendapat pekerjaan, mamaku ikut Pakdeku ke Cilegon, kota kecil di ujung barat laut Pulau Jawa. Tidak ada yang spesial di kota tempat aku berpijak seumur hidupku ini. Hanya populasinya yang belum sepadat sekarang di saat itu, 1980.<br />Saat itu Pakdeku sudah berkeluarga. Istrinya seorang wanita keturunan Belanda, namun sama sekali tidak kelilhatan Belanda-nya. Bisa dibilang “Belanda Depok”. Ia teman mamaku sejak kecil. Waktu kecil, mereka paling senang bermain hujan-hujanan. Dan waktu kilat dan petir menyambar, mereka makin senang, anggapan mereka waktu itu adalah bahwa mereka sedang difoto oleh Tuhan. Aku yakin masa kecil mamaku sempurna. Istri Pakdeku ini-aku sebut Bude-nampaknya kurang suka dengan kehadiran mamaku di rumah kontrakan suaminya-Pakdeku-. Mamaku dianggap sebagai benalu. Terlalu bertolak belakang dengan persahabatan masa kecil mereka. Ya itulah, kata KEANE, Everybody’s Changing. Tapi mungkin benar, mana ada orang yang suka rumahnya ikut ditempati orang lain, walaupun itu adik iparnya sendiri, sahabat masa kecilnya. Ngasih makan, tempat tidur, buang-buang biaya. Tapi mamaku tidak mau mendapatkan itu semua, fasilitas yang diberikan Pakde dan Budeku, tanpa ada usaha berarti. Sebab mamaku anti sama istilah ngemis. Itu juga yang berusaha dia ajarin padaku dan saudara-saudaraku.<br />Layaknya seorang yang cuma numpang, setiap hari mamaku bisa dibilang lebih berperan sebagai pembantu. Bangun jam empat pagi, kemudian berberes rumah. Sedangkan si empunya rumah, yang satu kerja, sementara si nyonya ngerumpi dengan ibu-ibu tetangga. Kisah Bawang Merah dan Ibu Tiri ter-analogi-kan disini. Yang terparah, mamaku pernah tidur sampai jam 2 malam untuk mengisi plastik-plastik es kenyot dengan minuman kacang ijo sebanyak satu panci raksasa, untuk dijual kepada anak-anak esok harinya. Sedangkan si nyonya dengan lelapnya tidur dengan alasan menyusui anaknya. Hal itu sangat berat karena jam empat-nya mamaku sudah harus kembali bangun untuk melakukan rutinitas pembantu lainnnya. Hal itu terjadi hampir tiap hari. Tidak ada daybreak sama sekali. Bahkan pernah suatu hari mamaku ngeluyur membawa motor Pakdeku untuk sekedar jalan-jalan, saat pulang ia dipaksa menelan pahitnya caci maki dari kedua empunya rumah. Rupanya ada sebuah ketidakikhlasan juga di hati Pakdeku.<br />Selang tiga rumah di sebelah kiri rumah kontrakan Pakdeku, adalah rumah seorang karyawan PT Krakatau Steel. Disana bernaunglah sepasang suami istri belum beranak, namun ditemani beberapa orang adik dari si suami (aku tidak tahu ada berapa tepatnya). Salah satunya adalah papaku. Senasib dengan mamaku, ia juga menumpang di rumah kakaknya itu sambil mencari pekerjaan. Namun rupanya ada sedikit nasib baik pada papaku, ia jarang mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari yang punya rumah. Tapi walau bagaimana pun juga, tetap saja hidup menumpang itu tidak enak.<br />Populasi yang belum begitu ramai, dan hanya ada beberapa rumah saja yang sudah ditempati, mendorong hasrat bersosialisasi papaku untuk mengenal siapa saja penghuni rumah selang tiga rumah sebelah kanan. Mama dan papaku berkenalanlah. Merasa sebaya dan senasib, bertemanlah. Dari situ papaku mulai PDKT. Mamaku itu memang cantik. Saat kelas 2 SMA, ia pernah ditaksir gurunya sendiri yang usianya jauh lebih tua. Sampai guru tersebut mengajaknya untuk nikah. Mantan-mantan pacar mamaku, ada yang seorang pelaut, anggota kepolisian, sampai seorang seniman yang nggak jelas pun pernah jadi pengisi hatinya. Saking primadonanya, mamaku mendapat julukan “macan” dari gurunya yang naksir tadi. Julukan lain untuk mamaku yaitu “mawar”, namun bukan karena dianalogikan seperti keindahan dan keharuman bunga mawar, melainkan karena mamaku selalu tinggal di jalan mawar. Sudah tiga kali pindah rumah, rumah itu selalu terletak di jalan mawar. Entah JL Mawar Raya, atau Mawar saja, sekarang pun, kami tinggal di JL Mawar I. Kebetulan yang indah.<br />Kembali ke papaku. Setelah beberapa lama papaku mengenal mamaku, dan mengetahui aktivitasnya sehari-hari sebagai “pembantu” itu, timbul simpati dan empati dalam hati papaku, yang mungkin merupakan cikal-bakal keintiman muda-mudi yang setiap inchi hatinya mulai terlukis mahakarya Sang Pencipta bernama CINTA. Setiap pagi, papaku datang menemui mamaku hanya untuk sekedar memberikan pisang goreng dan berkata...... “sarapan dulu”. Karena papaku tahu kalau mamaku tidak akan dapat makan sampai jam 2 siang...........Romantisme pagi hari.<br />Mamaku masih punya satu kakak laki-laki yang masih tinggal dengan kakek nenekku di Depok. Melihat ke-naif-an mamaku, beliau tidak tega dan marah. Mamaku dipaksa pulang ke Depok. Apa boleh buat, mamaku ikut saja pulang kembali ke Depok. Hidup mamaku mulai membaik saat pulang ke Depok. Tidak ada lagi bungkus es kenyot dan kacang ijo sepanci raksasa. Tidak ada lagi caci maki ketika pulang dari sekedar jalan-jalan naik motor. Tapi yang paling disayangkan, tidak ada lagi romantisme pagi hari. Tidak ada lagi selaksa harapan yang muncul dari balik tangan-tangan yang menggenggam daun pisang berisi tiga buah pisang goreng, yang menyelusup diantara pagar-pagar pembatas merdeka dan perbudakan. Tidak ada lagi kata-kata “sarapan dulu” yang mengalun ikhlas dari bibir seorang pemuja, seperti mantra yang mengutuk setiap hati untuk berkata, “aaaaaaaa, so sweet!!”.<br />Papaku tidak mau menyerah. Ia akan tetap menunjukkan kesungguhannya walau bukan dengan pisang goreng lagi. Setiap ada kesempatan, ia berusaha menyusul mamaku ke Depok. Menempuh jarak berpuluh-puluh kilometer, Cilegon-Depok, menggunakan motor RX King merah yang dulu sedang eksis. Anda tentu bisa meramalkan apa yang terjadi ketika mereka bertemu. Apabila papaku tidak bisa mengembara ke Depok, namun sebuah perasaan menyebalkan bernama rindu menggelitiki sudut hatinya yang paling sensitif, papaku selalu bisa mengandalkan kotak pos di perempatan jalan sebagai wadah ekspresi kegombalannya, dan anehnya mamaku suka kegombalan itu.<br />Tahun berlalu. Papaku mendapat pekerjaan di PT Krakatau Steel. 18 November 1982, mereka mengucap janji sehidup semati di depan penghulu dan para saksi [kaya lagu dangdut!]. Romantisme pagi hari kini berganti, menjadi romantisme malam hari. Aku adalah salah satu dari tiga hasil romantisme malam hari tersebut. 18 November 2007 kemarin seharusnya mereka merayakan ulang tahun perkawinan perak [25 tahun]. Namun, kami anak-anaknya terlalu bodoh untuk dapat mengerti betapa spesialnya hari itu, dengan tidak mengingat , apalagi merayakannya. Maaf ya ma, pa, but we love you... and we always will.............</div>Duta Putra Niagarahttp://www.blogger.com/profile/08782083611795016858noreply@blogger.com3