Rabu, 08 Desember 2010

Pertengkaran Tersengit Abad XX

Saya kelas 3 SMP waktu itu and it was Sunday. Makna sesungguhnya dari hari minggu adalah gue bisa bangun setelah adzan Zhuhur berkumandang. Tapi tidak pada hari minggu saat itu. Gue udah bangun sekitar jam 9 pagi. Untunglah jam 9 itu masih bisa disebut pagi, jadi bangun jam 9 masih bisa dibilang “bangun pagi”.

Bangun tidur, gue langsung ke dapur karena kelaparan. Si mamah belom masak, maka gue putuskan untuk bikin mie instant. Ada sesuatu yang terlihat asing di salah satu sudut dapur, yaitu sebuah benda berbentuk kotak berwarna silver yang kemudian si mamah menjelaskan kalau itu adalah sebuah : Kompor Minyak.

Terserah mau bilang apa, tapi pada waktu itu gue sangat penasaran sama benda tersebut. Cobalah gue masak mie instant pake itu kompor. Dengan bimbingan dan arahan dari si mamah, setelah melalui perjuangan yang sangat berat dan menghabiskan ber-ember-ember keringat, menahan panasnya api dari kompor yang menerpa wajah gue, satu persatu sumbu kompor dapat gue bakar dan api menyala sempurna *horeee! keprok-keprok*. Gue taro panci berisi air di atas kompor lalu gue tinggal untuk menyiapkan bumbu mie-nya.

Si kakak ucluk-ucluk dateng ke dapur terus nanya: “Apaan nih?” Ia mendekati si kompor minyak. Gue diem aja. Tangan si kakak mulai iseng ngegerepe-gerepein si kompor. Gue mulai nggak tenang, sampai kemudian si kakak memutar tuas sumbu kompor sampe apinya mati, bener-bener mati!

Hal pertama yang terbesit dalam pikiran gue adalah: “Ooh, begitu ya cara matiin apinya.” dan hal yang kedua: “Loh kok dimatiin??!!” *dengan mata terbelalak*

Reflek, gue pukul si kakak sambil setengah teriak: “B*go banget sih lo!”

Gila aja! Gue udah dengan susah payah nyalain itu kompor, terus dia matiin seenak kentutnya gitu aja. Errrr!
Si kakak nggak terima dan dia balik mukul gue tepat di muka. Darah gue makin tinggi, gue jadikan muka si kakak target pemukulan membabi buta. Jadilah kita pukul-pukulan sambil saling mengutuk. Kalo si papah nggak ikutan marah-marah mungkin pertengkaran tersebut masih akan berlangsung.

Bukankah sangat konyol bahwa hanya karena ke”norak”an terhadap kompor minyak, bisa membuat hubungan kakak-adik menjadi renggang. Itu baru kompor minyak, gimana kalo tiba-tiba ada tungku di rumah gue?

Tidak ada komentar: